Minggu, 01 Maret 2009

MUTIARA HADITS

Ketika Allah Mencintai

“... Tidaklah hamba-hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Aku sukai dibanding hal-hal yang Aku wajibkan. Dan hambaKu akan terus mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan yang nafilah, sampai Aku mencintainya. Maka apabila Aku telah mencintainya, Aku akan menjadi pendengaran dimana ia mendengar dengannya. Aku akan menjadi penglihatan dimana ia melihat dengannya. Aku akan menjadi tangan dimana ia bertindak dengannya. Dan Aku akan menjadi kaki dimana ia berjalan dengannya...” (H.R. Al-Bukhari, dari Abu Hurairah)

Inginkah Kau Ketenangan?

“Tidaklah suatu kaum berjumpa di suatu rumah dari rumah-rumah Allah, kecuali mereka membaca kitabullah, dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali ketenangan turun kepada nereka, rahmat meliputi majelisnya, malaikat menaungi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka dengan bangga di depan Malaikat-malaikat yang ada di sisiNya” (H.R. Muslim, dari Abu Hurairah)

Sesaat Demi Sesaat Wahai...

“... Demi dzat yang jiwaku di tangan-Nya. Seandainya kalian selalu dalam keadaan sebagaimana ketika kalian ada di sisiku dan dalam berdzikir, niscaya Malaikat akan menjabat tangan kalian di tempat-tempat tidur, dan di jalan-jalan kalian. Akan tetapi sesaat demi sesaat, wahai Hanzhalah! Sesaat demi sesaat wahai Hanzhalah, sesaat demi sesaat!” (H.R. Muslim dalam Shahihnya, dari Hanzhalah)

APA KATA RASUL?


Sesaat Demi Sesaat Wahai...

Sobat fillah, pernahkah antum mengeluh tentang sulitnya menjaga keistiqamahan ketika nuansa iman ketika berada di area non-liqa’an, ketika jiwa antum kosong, tanpa ada penyemangat dalam tarbiyah, ketika tiada lagi sahabat yang mengingatkan antum ketika kita alpa, nuansa ketika kita berada di tengah kemelut dunia, berada di tengah-tengah kekuasaan harta, tahta, keluarga sahabat yang jauh dari nuansa non-liqa’an. Iyakan? Tidak perlu bohong sahabatku fillah...

Sahabatku fillah, bukan hanya antum yang merasakan semua itu, banyak juga ikhwah yang mengeluh telah berubah menjadi ketika pindah ke kota lain, yang mengeluh ketika tidak lagi berada dalam nuansa iman, kala tidak berada dalam rangkulan liqa’an. Pun juga Hanzhalah ibn Rabi’ sahabat Rasulullah.

Sebagai gambaran sulitnya menjaga keistiqahaman ketika jauh dari lingkungan iman. Ketika Abu Bakar berkunjung dan menanyakan kabarnya (Hanzhalah, iapun (handzhalah)pun menjawab. “Hanzhalah telah menjadi munafiq!”. Terperajatlah Abu bakar mendengar jawaban Hanzhalah, lalu berkata, “Subhanallah, apa yang engkau ucapkan?”. Kata Hanzhalah, “kita sering bersama Rasulullah, beliau mengingatkan kita tentang surga dan neraka seolah-olah kita melihatnya dengan mata kepala. Namun ketika kita keluar dari sisi Rasulullah, bercengkerama dengan anak-anak serta sibuk dengan pekerjaan, kita pun melupakannya.” Demi Allah! Sesungguhnya kami juga merasakan hal seperti ini”, sahut Abu Bakar membenarkan.

Subhanallah Maha Suci Allah, tidak ada curhat yang lebih indah dari pada curhat para sahabat. Dan merekapun kembali kepada murobbi-nya, murobbi kesayangan ummat, idola semua manusia, ialah Rasulullah SAW. Dengan penuh santun beliau Rasulullahpun berkata;

“... Demi dzat yang jiwaku di tangan-Nya. Seandainya kalian selalu dalam keadaan sebagaimana ketika kalian ada di sisiku dan dalam berdzikir, niscaya Malaikat akan menjabat tangan kalian di tempat-tempat tidur, dan di jalan-jalan kalian. Akan tetapi sesaat demi sesaat, wahai Hanzhalah! Sesaat demi sesaat wahai Hanzhalah, sesaat demi sesaat!” (H.R. Muslim da lam Shahihnya, dari Hanzhalah)

bawa buku.gifSubhanallah sahabatku fillah, semoga apa yang diceritakan Hanzhalah ibn Rabi’, bisa menjadi ‘ibrah bahwa pertemuan sesaat demi sesaat dalam majelis adalah sarana penjaga konsistensi dan sikap keistiqamahan. Oleh karena itu sahabatku fillah, betapa indah prinsip Abu Bakar yang beramal sedikit demi sedikit tetapi rutin hingga memeliki iman yang kokoh dan tak ada bandingnya. Wallahu’alam bishshowab wa sholallahu ‘alaihi wasalam

Dipungut dari buku “Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim” dengan berbagai tambahan. Jazakumullah khair